Januari 23, 2009

Vokalis D'Masiv Sering Curhat dengan Ayu Astari


JAKARTA - Ryan 'D'Masiv' dikabarkan telah memiliki pacar. Pria bertubuh kurus ini menjalin hubungan dengan artis pendatang baru, Ayu Astari. Ryan mengaku sering curhat dengan presenter dan bintang sinetron tersebut. "Saya sama dia memang sering curhat-curhatan dan bertukar cerita," kata Ryan saat ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (21/1/2009) malam.

Pelantun Cinta Ini Membunuhku menjelaskan, awal perkenalannya dengan Ayu terjadi saat bertemu di Yogyakarta. Pada saat itu, Ryan dan bandnya sedang mengisi acara. Sedangkan, Ayu sebagai presenter di acara tersebut. Dari situlah mereka menjadi dekat. Hanya saja, pengagum penyanyi Sherina ini belum mau mengaku ada hubungan istimewa dengan Ayu. "Kita belum jadian kok. Kita hanya berteman. Kebetulan kita berdua cocok dan ngobrolnya nyambung," kilahnya dengan wajah malu-malu. (okezone)

Semangat ! Hobi, Bakat Musik dan Dukungan


Ini tentang semangat, kondisi dan perkembangan band-band didaerah yang jauh dari hiruk pikuk industri musik di ibukota. Kondisi inipun saya tulis sedikit banyak berkaitan dengan pengalaman diri pribadi dan rekan-rekan saya yang mempunyai hobi dan mungkin bakat yang sama. Kenapa saya bilang hobi dan mungkin bakat yang sama ( baca tentang musik ), karena bisa saja orang itu hobi namun bakat, siapa tau ?. Namun intinya bukan itu, yang ingin saya sampaikan adalah berkenaan dengan hobi, bakat, cita-cita dan dukungan atau peran orangtua.


Sejak saya mulai bisa menyanyi, atau mungkin dikenalkan lewat sekolah taman kanak-kanak. Sepertinya saat itu saya mulai menyukai hal itu, hampir pada setiap kesempatan saya bersenandung, menyanyi untuk menyenangkan diri sendiri bahwa saya bisa menyanyi. Lingkungan dimana saya tumbuh di besarkan pun saat itu sangat memberikan inspirasi. Dirumah, kami mempunyai studio tempat latihan band, orangtua saya yang punya hobi musik ( tapi tidak bakat ) mengelola studio tersebut sebagai komunitas untuk membina atau memfasilitasi anak-anak muda tempatan, maka hampir setiap hari yang saya dengar, liat dan berinteraksi dengan oom-oom di studio ( waktu itu saya masih di taman kanak-kanak ) biarpun mereka juga waktu itu usianya jauh dari papa saya, hingga singkatnya, akhirnya sayapun main band, menyanyi bersama mereka.


SMP saya dan kawan-kawan mulai membentuk band, tidak bertahan lama, bermacam-macam alasan membuat band bubar, kemudian membentuk band lain lagi dengan rekan lainnya dan terus hingga SMA kondisi inipun terus terjadi, apalagi kondisi yang harus dihadapi seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan harus pula ke luar daerah.


Sedikit kebelakang yang akan saya sampaikan bahwa sebenarnya dikeluarga saya memanglah mengalir darah seni, kakek saya seorang musisi yang sangat dikenal didaerah kami, tapi saya tidak sempat ketemu, karena papa bilang kakek sudah meninggalkannya sejak beliau kelas 1 SMA. Hobi, bakat tersebut mungkin mengalir ke saya, karena saya tidak hanya pula bisa menyanyi tapi memainkan beberapa alat musikpun bisa, pernah saya jadi drummer di grupband yang kami bentuk yang personil bandnya semua cewek (SMA), saya juga bisa tapi tidak mahir , main kibor, gitar bisalah! Yang jelas itu semua sangat menyenangkan dan saya suka.


Berangkat dari pengalaman-pengalaman yang dilalui serta kondisi yang terjadi, sangat dirasakan sulit untuk membentuk band, apalagi bertahan pada saat itu, saat semuanya dimulai sejak usia sekolah ( SMP atau SMA ). Berbagai faktor, fasilitas, frekuensi even yang ada, serta hal-hal yang seperti saya uraikan diatas, bubar karena harus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau harus keluar dari daerah. Belum lagi faktor pilihan atau alternatif ‘harus’ yang diberikan orangtua, yang notabene menghendaki anaknya untuk memilih pendidikan selain musik ( hobi dan bakat anaknya ). Sehingga kalaupun bisa berkumpul lagi didaerah lainnya belum tentu juga rasa, tekad yang sama bisa terulang. Sementara saya sampai saat ini masih terus diberikan dukungan oleh orangtua saya untuk terus mengasah bakat saya, artinya saya diberikan kebebasan pilihan, kuliah, main musik, ngeband, ya silakan jalani. Satu pesan orangtua saya yang saya ingat, jangan takut hidup, yakin ! lakukan dengan serius apapun yang kita mau sampai saatnya kita sudah bisa untuk menentukan pilihan kita ! dan tentunya bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih !.


Okami ! nama band terakhir yang kami bentuk dan masih eksis hingga saat ini, walaupun saya harus tidak selalu berada dengan mereka. Yah, saya di jogja dan mereka masih di daerah karena masih dibangku SMA kelas 3. Disitu, di Okami ada adik saya laki-laki ( kedua ) bergabung dengan saya sebagai drummer, saya sendiri vokalis, serta 2 rekan saya ( gitaris dan basist ). Namun satu hal yang masih bikin grup ini masih ada adalah peran dan dukungan yang diberikan orangtua saya, yang sampai saat ini memanage band ini. Kami berkarya, membuat lagu untuk satu tujuan dan harapan bisa menjadi band beneran maksudnya bisa diterima penikmat, pendengar dari karya kami ( eksistensi lah ! ), apalagi bisa masuk dunia industri musik. Mereka bikin lagu direkam dikirim ke saya, atau saya bikin lirik dan lagu saya kirim ke mereka, lalu pada kesempatan kumpul kita take lagu tersebut di studio kami sendiri. Hmm, terlepas bagus atau tidak yang jelas berkarya dulu ( pisau kalau diasah terus kan tajam, gitu kata papa), 3 atau 4 lagu saat ini telah pula tercipta. Inilah dukungan, dan dukungan itu tidak melulu materi, yang terpenting mental. Satu hal pula yang kami, saya rasakan bahwa ternyata kalau band itu ada yang mengelola ( manage ) dan bukan oleh kami sendiri, merupakan salah satu faktor yang bisa membuat band tersebut bertahan, yah paling tidak sifat ego yang ada diantara kami ada yang menetralisir. Hal seperti ini kalau bisa terus bertahan apalagi tercapai seperti yang diinginkan bisa menjadi sisi cerita lain bagi band ini, karena kami diberikan dukungan dan dimanage sejak terbentuk, dan tidak disaat band mulai menapaki dunia profesionalnya. Insya Allah.


Tips Aja !

Satupadukan Visi & Misi

Tentukan segera, genre musik maunya apa, pop atau rock atau campuran keduanya atau mengikuti proses evolusi. Jangan pas di tengah perjalanan berselisih keras karena salah satu anggota memaksakan, katakanlah, kehadiran disc jockey sebagai pelengkap. Ketahui sejak sekarang batasan-batasannya. Jika satu sama lain sudah berada dalam satu kelompok cukup lama, telah cukup dewasa, mantapkan hati, ambil keputusan, nge-band ini cuma buat senang-senang atau justru berniat serius. Hari ini, sebagian besar anak muda pikirannya cukup seragam, ngeband = ultra cool, ngeband = bikin beken, ngeband = mudah memikat lawan jenis. Artinya, rival anda bejibun, kompetisi semakin ketat. Don’t waste more time, make up your mind, to be or not to be. Usahe, berdoa !

Manajemen Ego

Ini yang susah, masing-masing personil harus tahu kapan bersikeras meyakinkan teman bahwa pendapatnya benar, kapan mengambil sikap mengalah. Kalau memang mau langgeng, mulailah belajar menghargai orang lain, tabiat mau menang sendiri harus bisa anda tekan ke titik terendah. Jika ego bisa dikelola, hubungan antar personel akan terjaga baik, keutuhan kelompok akan terjaga dan akan menjadi lebih tahan banting. Tak cepat patah arang saat terjegal aral melintang. Untuk itu ada baiknya menghadirkan manajer yang selain melakukan tugas profesionalnya sebagai ketua “tim sukses” juga merangkap menjadi penjaga ritme agar tali silaturahmi antar anggota terjaga selalu selaras. Sebaliknya, jika hanya satu faktor saja yang bisa anda penuhi, lebih baik ambil langkah santun, bijak, bubarkan band, bangun mimpi baru. Sebab jika cuma sebiji persyaratan yang bisa dijalankan sama saja dengan buang-buang waktu.! ( Tips dari SID )

Daftar Friendplay Sekarang!